Situ Hiyang Sadewata adalah destinasi wisata alam yang masih belum terlalu dikenal dan berada di daerah pegunungan Ciamis utara. Danau yang diduga memiliki kaitan dengan sejarah nenek moyang pada jaman Kerajaan Galuh ini terletak agak tersembunyi di Desa Sadewata, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis. Desa tersebut berjarak beberapa kilometer dari Situ Lengkong Panjalu –destinasi wisata Ciamis yang sudah lebih populer. Perjalanan dari Panjalu menuju Situ Hiyang menggunakan jalur alternatif yang menuju arah Panawangan, melewati Desa Maparah.
Konon, nama Situ Hiyang berasal dari kata ‘situ’ yang berarti danau dan ‘hiyang’ merupakan sebutan untuk dewa, semakna dengan kata ‘sanghiyang’. Situ Hiyang, dengan demikian dapat bermakna situ atau danau yang bukan buatan manusia, melainkan hasil perbuatan sanghiang. Kata ‘sanghiyang’ sendiri menurut catatan sejarah digunakan sebagai gelar para raja yang merangkap pimpinan keagamaan (batara) dan bertahta di wilayah suci tertentu. Cerita lain menyatakan, Situ Hiyang berarti danau yang akan nga-hiyang (menghilang) pada suatu saat. Gejalanya, luasan danau kini terkepung oleh sawah penduduk yang terus merangsek menutupi permukaan air.
Baca juga: Kisah Dewa Banga dan Asal-usul Situ Hiyang Sadewata
Belum ada fasilitas khusus yang disediakan untuk para pengunjung yang mendatangi Situ Hiyang, tak seperti di Situ Panjalu. Mengunjungi Situ Hiyang boleh dikatakan menemukan danau yang masih apa adanya, bukan berwisata mainstream. Jika pengunjung ingin mencari makanan, dapat singgah ke warung-warung penduduk yang terdapat di sana. Pengunjung juga harus mencari sendiri spot terbaik untuk menikmati pemandangan danau dan berswafoto (selfie). Tentu, akan sangat baik jika ada yang menyediakan fasilitas sederhana dan bergaya natural untuk menyambut kehadiran tamu.
Keberadaan Situ Hiyang senada dengan nama Sadewata sebagai peninggalan 'jaman buhun'. Ada pula sumber yang mengatakan bahwa Situ Hiyang sebenarnya dulunya adalah semacam pesantren, atau mungkin tanah perdikan. Penduduk lokal pernah menemukan semacam batu-batu berbentuk kotak di kedalamannya. Bagaimanapun, semuanya masih menyimpan misteri hingga kini. Sementara itu, ada adat tertentu yang harus diikuti oleh para pengunjung Situ Hiyang.
Sadewata juga memiliki beberapa situs ‘dalem’, makam kuno yang berada di tengah hutan kecil yang terpelihara. Makam tersebut masih diyakini kekeramatannya dan sesekali dikunjungi peziarah. Sementara itu, beberapa jenis kesenian tradisional masih hidup di wilayah ini, seperti silat, terebang dan lainnya. Terdapat pula monumen pertempuran di jaman revolusi kemerdekaan. Belanda pernah pengirim pasukan bersenjata lengkap dan sejenis tank (brencarrier) yang dihancurkan oleh para pejuang dan rakyat.
Desa Sadewata pernah dijadikan arena Lomba Tingkat Pramuka level Kabupaten Ciamis pada tahun 80-an. Jika melihat keadaan alam yang berupa perbukitan, permukiman, sawah, sungai dan danau, yang didukung sosial budaya masyarakat yang khas, pilihan tersebut sangat tepat.
Jalan Sadewata memang dianggap sangat strategis untuk mencapai Panawangan, Majalengka, Kuningan, dan wilayah lainnya di utara, dari arah Bandung, Tasik dan Panjalu, tanpa harus memutar melewati Kawali dulu. Sayangnya, jalan ini di beberapa tempat sangat terjal dan sempit.
Pecinta olahraga 'gowes' sepeda alam atau cross-country boleh menjajal track Panjalu – Sadewata yang aduhai, melewati pesawahan, perbukitan dan perkampungan yang ramah. Berfoto di lokasi-lokasi tersebut seolah berada di jaman dulu. Logat bicara (lentong, bahasa Sunda, ed.) penduduk setempat juga sangat mengesankan. Perpaduan rumah, sawah, kolam, kebun dan berakhir di danau, akan sangat terasa keunikannya. Di kejauhan, pegunungan berada di kiri kanan jalan yang di tempuh.
Meski Situ Hiyang yang indah memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata, usaha-usaha serius dalam merealisasikannya masih membutuhkan jalan panjang dan kesungguhan. Eksotisme Desa Sadewata dengan kehidupan masyarakatnya yang sangat khas pedesaaan Sunda, sangat patut mendapat perhatian. Sarana jalan dan penunjang lainnya seyogyanya ditingkatkan.
Semoga peluang ini dimanfaatkan oleh para pihak yang bervisi kekinian dan sungguh-sungguh ingin membawa kenajuan bagi wilayah Sadewata. Jika sektor pariwisata bisa berkembang di sini, akan terbuka lapangan kerja baru yang bisa mengurangi hijrahnya kaum muda ke kota besar. Fenomena tersebut sangat terasa, sehingga sekarang ini semakin sulit mencari petani muda di Desa Sadewata, sebagaimana di desa-desa lainnya.
(tulisan @ciamis.info, sumber foto: situs kecamatan lumbung & KKN Unpad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar