Pejabat tersebut akhirnya pergi ke dokter spesialis untuk memeriksakan diri. Ia pergi ke Ibukota untuk mendapat pelayanan kesehatan terbaik dan diperiksa secara seksama. Sang dokter tercenung dan kemudian memandang pasiennya yang sedang gundah dan ketakutan.
"Ini penyakit berbahaya, Pak," kata dokter tersebut, "Kondisinya sudah parah dan alat milik Bapak harus diamputasi supaya penyakitnya tidak menjalar ke mana-mana ...."
Lemaslah sang pejabat korup. "Aduh, cilaka aing ...," pikirnya. Ia nyaris putus asa dan meminta waktu untuk berpikir.
foto: crazytownmayor.com |
Saat itu, demam pengobatan tradisional yang berasal dari negeri Cina melanda Indonesia, didukung iklan promosi gencar di televisi. Sang pejabat korup yang sudah hampir kehilangan seluruh semangat hidupnya dan dilanda ketakutan, akhirnya pergi ke salah satu klinik pengobatan tradisional Cina tersebut. Ia ingin mendapatkan semacam 'second opinion', dan berjumpa seorang sinshe senior di sana.
Sang sinshe memeriksa keadaan pasien dan kemudian berkata, "Waa... ini wemang wenyakit welwahaya dan langka... Lu olang udah pigi ke doktel?"
Sang pejabat mengangguk dan menjawab lemah, "Iya, Engkoh... Kata dokter teh ini harus diamputasi..."
"Haiyaaa... Dasal doktel mata luitan... Sikit-sikit opelasi... Sikit-sikit amputasi... Maunya luiiit aja... Ini tilak wellu liamputasi laahhh...!"
Sang koruptor sumringah. Ia tiba-tiba merasa hidupnya kembali dan sangat gembira. Semangatnya langsung melambung kembali. Baginya, duit tidak masalah, bisa dicari dengan cara apapun, asal burung kesayangannya tidak diamputasi.
"Jadii... burung saya teh tidak perlu diamputasi, Engkoh?" katanya sambil terlonjak dan nyaris teriak.
Sang sinshe dengan bijak dan penuh keyakinan menggelengkan kepala, membuat perasaan pejabat korup itu tenteram dan penuh harapan baru.
"Tilak wellu liamputasi!" jawab sinshe meyakinkan.
Sinshe mengeluarkan sebungkus racikan ramuan dan salep.
"Lu olang minum lamuan ini aja, wulung lo liolesi salep ini yaa...," katanya, "teluus, tunggu tiga hali aja..."
Sang pejabat mengangguk-angguk.
"Aduh, terima kasih banyak atuh, Koh... Tiga hari, nya? Nanti sembuh ya, Koh?" katanya.
Sinshe menjawab dengan tenang, "Hayyaa, wukan gitu! Nanti copot sendili...!"
Note:
Kisah di atas merupakan adaptasi dari cerita humor "Dokter vs Sinshe" yang banyak beredar di dunia maya, dengan berbagai versi dan nama tokoh yang berbeda, contohnya seperti yang ada di thecrowdvoice.com. Belum jelas, yang mana sumber aslinya.
Medsos