Penyediaan antaran ransum untuk para pekerja di sawah merupakan hal yang lazim di pedesaan di Kabupaten Ciamis. Tradisi yang sudah dilakukan turun-temurun tersebut membawa nilai-nilai kearifan lokal yang mengeratkan hubungan sesama anggota masyarakat. Beberapa catatan tentang hal tersebut di antaranya:
1. (Sebenarnya) tidak wajib dilakukan
Pemberian ransum adalah sebuah pilihan, disediakan tidaknya tergantung kesanggupan dan perjanjian sebelumnya antara pemberi pekerjaan, yakni pemilik sawah, dengan para pekerja. Pemberian ransum pun pada dasarnya tidak berkaitan langsung dengan penghitungan upah pekerja.
2. Sedekah
Warga masyarakat yang masih kukuh memegang tradisi lokal meyakini antaran makanan sebagai sebuah sodakoh (sedekah) hal yang baik dan harus diutamakan, meskipun tidak wajib dilakukan. Sedekah adalah tentang keyakinan yang dilandaskan pada keimanan kepada Tuhan, bukan semata-mata mengenai perjanjian kerja di antara sesama manusia saja.
3. Membawa berkah
Pemberian makanan diyakini akan mendatangkan tenaga, semangat dan do’a dari para pekerja. Do’a-do’a tersebut yang diharapkan akan ‘mengisi’ bulir-bulir padi yang nanti dipanen pada waktunya. Padi yang dipanen tentunya diharapkan tidak hanya layak dan bergizi sebagai sumber pangan, tetapi juga membawa berkah dan manfaat yang berlimpah.
4. Silaturahmi
Kegiatan makan bersama di sawah hampir selalu diwarnai suasana akrab, ditimpali ‘sempal kapiguyon’ (canda tawa) di antara semua yang hadir. Batas antara pemilik sawah dan para pekerja seolah sirna, semua duduk di pematang, menikmati hidangan dan bercengkrama untuk beberapa saat. Baca juga: Begini Suasana Makan Pagi Sebelum 'Tandur' di Pesawahan Banjarsari Ciamis.
5. Tradisi
Mengapa ada hidangan ayam pada menu antaran? Ternyata ada sebuah ajaran turun-temurun, "ari dadamel kedah dikecrétan getih hayam" yang berarti para pekerja harus disemebelihkan ayam sebagai menu makannya. Tuntunan tersebut adalah dasar sikap, pada prakteknya pemberi kerja dapat mencari ayam dari pasar atau tempat lainnnya. Hidangan ayam adalah contoh sederhana bahwa antaran untuk pekerja di sawah pada dasarnya merupakan warisan tradisi.
Beberapa catatan tentang antaran makanan untuk para pekerja di sawah di atas, dilengkapi foto terkait, merupakan adaptasi dari tulisan Yuyun Yulistiani, kontributor Pustaka Sunda, berdomisili di Banjarsari, Ciamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar