Sukarnah, kini bernama Iwan Setiawan. Usianya 67 tahun (pada saat laporan dibuat, tahun 2007) dan bertempat tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Noong, Desa Sukahurip, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis. Sebagian dinding batu bata tampak retak-retak, demikian juga bilik dari anyaman bambu berlubang di sana-sini. Dua foto lusuh Presiden Soekarno yang tergantung di atas pintu, hanya itulah dekorasi menarik di rumah tersebut. Sukarnah, seperti diketahui, memang sangat mengagumi Bung Karno. Nyaris tak ada barang berharga di situ. Televisi hitam putih keluaran tahun 1980-an pun sudah tidak bisa digunakan untuk menyaksikan sinetron yang kini kian marak.
Deretan kandang ayam yang terbuat dari bambu berada di sebelah timur rumah, sudah tampak reot. Daya tampungnya mungkin sakitar 50-an ekor ayam, namun hanya satu ekor betina hitam yang tersisa di salah satu sudutnya. Merebaknya flu burung membuat sang pemilik menjual ayam-ayamnya.
Di bangunan yang memiliki dua kamar tidur, ruang tamu, dan dapur tersebut, Iwan Setiawan menghabiskan sisa hidupnya ditemani istri tercinta, Tuti Pudji Astuti, beserta putra dan menantunya. Seperti halnya Soekarno yang selalu tampak gagah dalam bingkai foto di rumahnya, Iwan tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya yang serba kekurangan. Padahal, dia adalah salah satu atlet terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
***
Peristiwa aneh itu terjadi setelah Sukarnah bermimpi pada saat berziarah ke makam Bung Karno di Blitar pada tahun 1979. Ia bersama seorang teman bernama Fatimah bermalam di sana. Bung Karno dalam mimpi itu memberinya uang lima rupiah untuk membeli obat. Sukarnah memang diketahui sering menderita akibat sakit rematik, selepas meraih puncak prestasinya berupa medali perunggu Asian Games tahun 1958 di Tokyo.
Dalam mimpinya, Sukarnah pergi menuju apotek. Tapi, ia malah kesasar ke sebuah gunung. Di sana, ia kembali bertemu dengan Soekarno. "Soekarno bersama seorang wanita yang katanya adalah calon istri saya sekarang ini,” kenang Iwan Setiawan.
Setelah mimpi itu, Sukarnah mengalami perubahan pada fisiknya. Lambat laun, kedua payudaranya mengempis dan tumbuh jakun. Begitu juga dengan alat vitalnya, berubah bentuk seperti yang dimiliki laki-laki.
"Ayah saya sempat nangis. Soalnya, sejak kecil saya adalah seorang wanita dengan nama Karnah," tandasnya. Sejak saat itulah Sukarnah berubah nama menjadi Iwan Setiawan. Nama itu dia ambil dari salah satu guru favoritnya di SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani).
Pada 1980, Iwan bertemu dengan Tuti Pudji Astuti, wanita yang ditemuinya saat bermimpi di makam Bung Karno. Wanita itu meminta izin bermalam di rumah Iwan. Setelah beberapa hari menginap, Tuti memberikan secarik kertas kepada Iwan yang berisi penyataan cinta.
Menurut Tuti, dirinya bermimpi yang sama dengan Iwan. Ia bertemu Soekarno. "Bahkan, kakak saya juga bermimpi kalau saya akan menikah dengan bekas wanita," tukas Tuti yang berusia sepuluh tahun lebih muda.
Setahun setelah pertemuan, Iwan dan Tuti menikah. Pasangan itu dikarunai seorang anak bernama Ebiet Hilman setelah enam tahun menikah. Tahun 2006, Ebiet Hilman menikahi Sri Esti, sang mantu yang kemudian tinggal bersama mereka.
(Ditulis ulang dan 'dipindahkan' dari tulisan pada Saung Urang Ciamis (8/1/2008)
Selamat Siang. Dapat dari socmed saya mampir ke blog anda, ternyata
BalasHapusartikel-artikelnya sangat menarik dan banyak artikel-artikel
yng sangatlah banyak manfaatnya untuk saya. Mohn Izin memfollow dan sharing blog ini
ke sosmed saya ya sekaligus biar blog anda semakin populer.
Harapan saya agar di tambah tulisan baru terus ya blognya.Terima Kasih