Panawangan adalah salah satu kecamatan di wilayah utara Kabupaten Ciamis yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kuningan. Kecamatan ini memiliki karakteristik topografi yang berbukit-bukit dan umumnya merupakan wilayah pertanian yang subur. Karena kondisinya yang berada di dataran tinggi dan strategis, sejak masa silam Panawangan digunakan sebagai daerah pengintaian terhadap lalu lintas musuh jika terjadi peperangan.
Salah satu pendapat tentang asal-usul nama ‘panawangan’ adalah yang didasarkan pada Kamus Basa Sunda karya R.A. Danasasmita, yakni bahwa nama tersebut berasal dari kata ‘panarawangan’ (penerawangan atau ilmu terawang). Maknanya yakni kemampuan melihat dari jauh atau ilmu meramalkan sesuatu yang belum terjadi.
Mengingat penyusun kamus pernah menjadi pegawai negeri di jaman kolonial, dan bertugas di wilayah Ciamis, hampir mustahil bahwa penulisan arti kata 'panawangan' dilakukan tanpa pengumpulan keterangan terlebih dahulu. Sayangnya, asal-usul kata tidak dimasukkan sebagai catatan tambahan pada kamus tersebut.
Ilmu Terawang
Meski tak dapat dipastikan keakuratannya dan bahkan sebagian pihak menolak ilmu tersebut, karena dikuatirkan membelokkan akidah, pada kenyataannya sebagian masyarakat masih memiliki kepercayaan akan kemampuan orang-orang tertentu dalam hal ilmu terawang. Apalagi di masa silam, ketika kehidupan beragama masih sangat kental diwarnai tradisi dan kepercayaan nenek moyang.
Apa kaitan ilmu terawang dengan nama tempat ‘panawangan’? Terlebih dahulu perlu dikemukakan bahwa penamaan sebuah tempat oleh leluhur di Tatar Galuh biasanya didasarkan pada hal-hal istimewa tertentu, di antaranya keberadaan ciri kondisi alam yang khas, terjadinya sebuah peristiwa atau adanya hal khusus terkait tokoh atau masyarakat setempat.
Meski belum ditemukan naskah sejarah sebagai sumber primer kajian sejarah yang valid, budaya tutur masyarakat lokal sedikit banyak dapat memberi gambaran asal-usul nama sebuah tempat. Demikian juga dengan nama ‘panawangan’.
Baca juga: Panawangan: Asal-usul, Filosofi Kupat dan Peninggalan Jaman Sunan
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah: kenapa tempat ini dinamai ‘panawangan’? Apakah ada tokoh yang memiliki kemampuan tersebut atau pernah terjadi peristiwa menggunakan ilmu terawang yang kemudian dikenang dan diabadikan menjadi nama tempat?
Legenda Adipati Anggayuda
Warga Panawangan menganggap lahirnya nama daerah tersebut tak dapat dipisahkan dengan kisah Eyang Anggayuda di masa lalu. Tokoh tersebut dianggap sebagai leluhur yang menjadi asal-usul atau mewariskan nama ‘panawangan’.
Menurut cerita leluhur yang disampaikan turun-temurun, hingga sampai ke para orang tua di sekitar Panawangan, dahulu ada dua orang hebat yang mengadu kesaktian. Salah satunya bernama Senapati, sedangkan yang lainnya bernama Adipati Anggayuda (disebut juga Dalem Anggayuda).
Siapakah Senapati? Siapa pula Adipati Anggayuda? Kenapa mereka berkelahi? Masih belum jelas benar. Jika melihat namanya, boleh jadi Adipati Anggayuda adalah pemimpin wilayah (setingkat bupati?), sedangkan Senapati sebenarnya adalah seseorang yang bergelar jabatan komandan pasukan kerajaan. Mengapa mereka berselisih? (Perkiraan dan pertanyaan yang memerlukan tambahan keterangan, atau malah koreksi.)
Perkelahian antara kedua tokoh sakti tersebut berakhir dengan kekalahan Adipati Anggayuda. Hal tersebut membuatnya bertekad untuk belajar lagi, mencari ilmu kesaktian yang lebih hebat untuk membalas dendam atas kekalahannya. Tetapi, beberapa waktu kemudian, ketika Adipati Anggayuda ingin mengadu kesaktian lagi, ternyata Senapati telah ‘silem’ (meninggal), sehingga tanding ulang pun tak terlaksana.
Salah satu ilmu kanuragan yang dimiliki Adipati Anggayuda adalah ‘panarawangan’ atau ‘panyawangan’, yakni mampu memprediksi atau melihat sesuatu yang akan terjadi di masa datang. Kata ‘panarawangan’itu akhirnya menjadi sebutan atau nama tempat, ‘panawangan’.
Eyang Munjul
Adipati Anggayuda kelak bersemayam di Bukit Munjul. Ia kemudian dikenal sebagai Eyang Munjul dan petilasannya masih dapat dijumpai hingga kini. Peninggalan tokoh penting tersebut berupa makam yang berada di atas sebuah bukit di Dusun Salam, Desa Panawangan.
Posisi makam tersebut yang berada di atas bukit, dipercaya memiliki maksud dan filosofi tersendiri, karena berada di ketinggian adalah cara terbaik untuk dapat melihat ke segala arah dengan baik. Selain itu, posisi tinggi menunjukkan pula kemuliaan atau keluhuran.
“Itu bermakna bahwa warga Panawangan mah harus bisa melihat, menatap dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa yang belum terjadi,” tutur Abdul Rojak, salah seorang warga.
Makam Eyang Munjul hingga kini dirawat dan dipelihara juru kunci setempat. Makam tersebut kerap dikunjungi dan bahkan di masa lalu menjadi tujuan kunjungan dengan keperluan tertentu. Citra Adipati Anggayuda sebagai tokoh yang pintar atau linuhung, rupanya telah memberi inspirasi bagi harapan warga yang menziarahinya.
"Saya teringat dulu, kalau mau ujian disuruh Emak berkunjung dulu ke makam Eyang Munjul," tutur salah seorang warga.
Pramuka SMAN 1 Panawangan memiliki keeratan dan keterkaitan tersendiri dengan tokoh Adipati Anggayuda, sehingga ziarah ke makam tersebut menjadi salah satu agenda napak tilas di dalam kegiatan perkemahannya. Terlebih, kesatuan pramuka putra di sekolah tersebut pun dinamai Ambalan Adipati Anggayuda.
Peninggalan lain dari masa silam Panawangan adalah makam Eyang Astayuda yang berada di Tarikolot. Belum ada keterangan tambahan mengenai siapa dan apa peran tokoh tersebut, maupun kaitan dengan Eyang Munjul. Sementara itu, makam Senapati dikatakan berada di Tonjong.
Catatan:
Tulisan yang masih jauh dari sempurna ini disusun serta disunting dari keterangan tertulis para kontributor: Kujang IF, Abdul Rojak dan S. Yoga Sopiana. Jika Anda memiliki info tambahan, foto atau pun koreksi, silakan menyampaikan melalui kotak komentar atau inbox fanpage CIAMIS.
Sungguh memancing rasa penasaran, dan makin haus bagi yang minat menelusuri sejarah. Dan ada baiknya andai nanti diantara pembaca ada yang bisa share. Silsilah atau rundayan dari masing2 tokoh yang dibahas di artikel ini. Karena dengan terungkapnya silsilah, akan makin terbuka info2 yang di artikel ini masih butuh pelengkap. Dan terima kasih tak terhingga ke penulis atau penyusun artikel ini. Semoga kedepan ada kontibutor2 lain, yg satu visi n misi.
BalasHapus