Masih ingatkah dengan istilah ‘galuh’ yang sangat fenomenal di Tatar Pasundan? Kapan sebenarnya ‘galuh’ mulai ada? Istilah itu kini seolah tenggelam kala berada di tengah hiruk-pikuknya suasana era revolusi industri yang kian marak digencarkan pada abad 21 ini.
Kini, mereka yang sedang ‘manggung’ adalah anak-anak milenial, generasi muda yang penuh dengan teknologi canggih, serba mudah dan dapat mengakses apapun dengan cepat. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah generasi milenial ini, khususnya di Ciamis, mengetahui atau peduli dengan sejarah daerah kelahirannya?
Baru-baru ini, tepatnya pada 23 Mei 2019, digelar sebuah kegiatan dalam rangka memperingati berdirinya Galuh atau yang disebut dengan istilah “Mieling Ngadegna Galuh”. Kegiatan ini bertempat di Situs Jambansari Ciamis.
Kemasan kegiatan yang sangat menarik ini menampilkan berbagai kesenian seperti terdapat Tari Topeng Klana Bandopati, Ronggeng, Kirab Budaya, berbagai atraksi pencak silat dan kesenian lainnya.
Berlangsungnya kegiatan ini juga sebagai sebuah refleksi budaya dan napak tilas sejarah panjang kerajaan Galuh, serta sebagai bentuk penghormatan para putra Galuh kepada leluhurnya.
Acara ‘Mieling Ngadegna Galuh’ sangat bermanfaat untuk generasi muda Ciamis, agar bukan hanya bergelut dengan teknologi canggih, tetapi juga berpengetahuan luas mengenai sejarah tempat kelahirannya. Hal ini sejalan dengan ungkapan ‘Jas Merah’ yang artinya jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Kegiatan ini juga sebenarnya dapat memperkuat kesatuan bangsa, khususnya di Tatar Galuh Ciamis. Hancurnya sebuah bangsa itu dapat dilihat salah satunya dari hilangnya sejarah bangsa itu sendiri.
Teks: Azizah Nuraeni
Foto: Matalensa Ciamis
Editor: Yuska
Tidak ada komentar:
Posting Komentar