Rumah kuno yang terletak di sebuah belokan pada jalur utama Kawali-Panjalu, tepatnya di wilayah Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, ini sudah lama menjadi perhatian mereka yang melewatinya. Bangunan berwarna putih dengan gaya arsitektur khas peninggalan zaman Belanda tersebut tampak indah dan anggun meskipun sudah berusia puluhan tahun. Keunikannya seolah memaksa para pelintas jalan untuk menoleh, dan merasa penasaran.
Sebuah penanda pada bagian depan rumah tersebut, di atas jendela kamar sebelah kiri, menunjuk angka 1938 sebagai tahun pembangunannya. Meskipun belum terdapat keterangan lebih jauh tentang siapa perancangnya, dan bagaimana proses pembangunannya, secara kasat mata rumah ini sangat layak untuk dimasukkan ke dalam bangunan cagar budaya, karena merupakan heritage peninggalan masa lampau yang masih terpelihara.
Keunikan rumah kuno Ciomas ini telah mengundang banyak pelintas jalur Kawali-Panjalu untuk sekadar mampir sejenak dan memotretnya, atau berswafoto di depannya. Tak hanya itu menjadi obyek foto selfie, rumah tua tersebut juga bahkan pernah dipakai untuk lokasi syuting film dan video klip.
Pada bulan Juni 2019 misalnya, vokalis sekaligus penulis lagu dari Tasikmalaya, Icha Annisa, meluncurkan video klipnya, yang merupakan cover lagu “Hanya Rindu” karya Andmesh, di platform berbagi video YouTube. Video tersebut mengambil lokasi syuting di rumah tua Ciomas yang tampak sesuai dengan tema lagu sendu yang dibawakannya.
Selain keunikan desain arsitekturnya yang menawan, terdapat pula bumbu-bumbu cerita menyertai keberadaan rumah yang hingga kini masih tetap terpelihara tersebut. Beberapa warganet yang mengomentari unggahan foto rumah tua Ciomas di laman media sosial, mengaku merasakan nuansa berbeda saat melihat keanggunan bangunan tersebut.
Beberapa orang menganggap rumah tersebut berkesan horor dan menakutkan. Namun, ada pula yang mengaku pernah menginap di rumah tersebut, karena merupakan tempat tinggal teman sekolahnya, dan tidak mendapatkan pengalaman menakutkan apa-apa, meski sempat mendengar selentingan ini-itu tentangnya.
Banyaknya tontonan yang mengaitkan bangunan lawas dengan dunia mistik atau supranatural, sangat mungkin telah membangun opini dan sugesti publik yang kurang tepat terhadap bangunan-bangunan heritage peninggalan zaman dulu.
Alih-alih mengaitkan dengan dunia horor dan mistis, CIAMIS.info mencoba menelusuri berbagai keterangan terkait sejarah rumah tua Ciomas ini, agar masyarakat dapat memberikan apresiasi secara layak pada heritage berharga yang amat ikonik tersebut.
Kisah yang pernah terjadi di rumah ini sempat disiratkan oleh Pandu Radea, seorang seniman Ciamis yang namanya sangat lekat dengan kesenian hélaran 'Wayang Landung Panjalu', tetapi kini lebih banyak terlibat dalam penelitian sejarah, melalui komunitas Tapak Karuhun yang dipimpinnya.
Ia menulis pada keterangan foto yang diunggahnya di media sosial, “Rumah tua di kelokan jalan yang sepi. Sudah uzur dimakan jaman. Ada kisah membekas di lantainya, bercak-bercak kenangan, darah yang membeku dalam kemelut dan damai. Jendelanya temangu, menemani pintu yang lelah menguap. Ruang-ruang mendusin, menunggu yang masuk.”
Deretan kalimat tersebut menimbulkan rasa penasaran tentang apa sebenarnya yang pernah terjadi di rumah tua tersebut. Beberapa sumber menyebut, pernah ada kejadian pembunuhan terhadap dua orang anggota keluarga penghuni rumah, yakni pada masa terjadinya pemberontakan DI/TII terhadap pemerintah Republik Indonesia (1949-1962).
Baca juga: Menolak Mengungsi saat Gerombolan Datang, Dua Penghuni Rumah di Ciomas Tewas Terbunuh
Meski terdapat nuansa sendu pada rumah kuno Ciomas ini, seiring kisah sejarah yang menghiasi keberadaannya, animo masyarakat untuk melihatnya dari dekat tidaklah berkurang. Terlebih, generasi milenial ternyata sangat senang untuk mengunggah pengalaman berada di suatu tempat yang istimewa. Rumah kuno ini jelas sangat istimewa dan instagrammable.
Liely Husein, salah satu anggota keluarga pemilik rumah kuno Ciomas, kepada CIAMIS.info mengungkapkan, foto-foto bangunan tersebut sudah banyak diunggah di dunia maya.
“Rumah ini dari dulu sudah banyak diunggah di medsos, banyak yang buat pre-wedding, video klip, syuting film, dan yang tanpa izin popotoan pun banyak,” ujarnya.
Pihak keluarga pada dasarnya tidak berkeberatan atas kehadiran siapapun yang tertarik mengabadikan rumah tersebut, asalkan dilandasi penghormatan dan kecintaan pada warisan sejarah yang amat berharga ini.
Penulis: @ciamisnulis
Editor: @ciamis.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar