Seekor macan tutul (Panthera pardus melas) yang hampir bisa dipastikan berasal dari belantara Gunung Sawal, tertangkap oleh perangkap yang dipasang oleh Iman, seorang warga di kawasan Dusun Cikupa, Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis. Penangkapan ini merupakan yang kesekian kalinya di lokasi tersebut dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Tertangkapnya macan tutul berkelamin jantan tersebut diperkirakan terjadi pada waktu antara Rabu malam (24/6/2020) hingga Kamis pagi (25/6/2020) dan segera menjadi perhatian warga setempat. Kabar penangkapan ini bahkan kemudian menyebar melalui media sosial dan juga sudah diketahui pihak terkait.
Penangkapan macan tutul ini terkait dengan keresahan warga beberapa waktu belakangan karena dugaan turunnya hewan hutan ke lokasi pemukiman. Kemunculan hewan asli Gunung Sawal tersebut mendorong inisiatif warga merencanakan penangkapan dengan perangkap.
“Iya, sebelumnya warga mendengar suara-suara, makanya memasang perangkap,” tutur Adi Prayudi, warga setempat.
Macan tutul yang tampak sehat tersebut sudah dikunjungi oleh tim dari BKSDA dan selanjutnya akan dilakukan evakuasi serta penanganan, sebelum akhirnya dilepas-liarkan kembali. Kerangkeng besi yang digunakan sebagai perangkap, ditutupi agar mengurangi stress bagi macan tersebut.
Macan yang tertangkap ini tampak memakai kalung di leher, diduga merupakan GPS Collar, alat pelacak khusus yang biasanya dipasang sebagai bagian dari observasi dan perlindungan hewan liar. Beberapa pendapat menyebut macan tutul ini memang 'Si Abah', yang tahun lalu dilepasliarkan kembali setelah sempat terjebak perangkap warga.
Desa Cikupa sendiri menurut laporan kajian Tim Kolaboratif Penyelamatan Macan Tutul Jawa, hasil kerjasama BBKSDA Jawa Barat dan berbagai pihak pada tahun 2017, memiliki sejarah cukup panjang dalam interaksi manusia dan macan tutul tersebut. Kejadian terbanyak kemunculan macan tutul di Desa Cikupa tercatat pada tahun 2011, ketika dilaporkan 8 kali kedatangan hewan rimba tersebut.
Kemunculan macan tutul sebelumnya juga sudah diwaspadai warga di kawasan lain di kaki Gunung Sawal. Dadan Kurnia, warga asal Kampung Pogor, Desa Lumbung, melaporkan adanya penduduk setempat yang melihat kehadiran seekor macan tutul. Kehadiran macan betina yang tampak sedang hamil itu membuat aktivitas rutin warga tersebut dalam menyadap nira terpaksa dihentikan selama dua minggu karena takut keselamatannya terancam.
Turunnya macan Gunung Sawal ke area pemukiman penduduk sempat dikait-kaitkan dengan berkurangnya makanan di habitat asalnya. Namun demikian, laporan kajian yang diluncurkan oleh Tim Kolaboratif Penyelamatan Macan Tutul Jawa menyebut kemungkinan lain penyebab fenomena ini.
Macan yang ditangkap di Dusun Cikupa tampak cukup sehat dan bukan dalam keadaan kurus kering atau sangat kelaparan. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa ditengarai laju perkembangbiakan macan tutul jawa di hutan Gunung Sawal cukup baik, sehingga dapat mendorong perebutan area kekuasaan secara kompetitif.
Hewan yang kalah atau tersisih, secara alami akan terpaksa menyingkir dan mencari area baru, dan sayangnya dapat secara tidak sengaja terjebak di wilayah pemukiman manusia. Hal ini berkaitan juga dengan luasan hutan Gunung Sawal yang tidak bertambah untuk menampung perkembangbiakan macan tutul, bahkan sebaliknya makin berkurang.
Kontributor: @adi_prayudii
Foto: Ajat Sudrajat
Video: @dadankurkurkur & @ipinamina
Editor: @ciamis.info
Desa Cikupa sendiri menurut laporan kajian Tim Kolaboratif Penyelamatan Macan Tutul Jawa, hasil kerjasama BBKSDA Jawa Barat dan berbagai pihak pada tahun 2017, memiliki sejarah cukup panjang dalam interaksi manusia dan macan tutul tersebut. Kejadian terbanyak kemunculan macan tutul di Desa Cikupa tercatat pada tahun 2011, ketika dilaporkan 8 kali kedatangan hewan rimba tersebut.
Kemunculan macan tutul sebelumnya juga sudah diwaspadai warga di kawasan lain di kaki Gunung Sawal. Dadan Kurnia, warga asal Kampung Pogor, Desa Lumbung, melaporkan adanya penduduk setempat yang melihat kehadiran seekor macan tutul. Kehadiran macan betina yang tampak sedang hamil itu membuat aktivitas rutin warga tersebut dalam menyadap nira terpaksa dihentikan selama dua minggu karena takut keselamatannya terancam.
Turunnya macan Gunung Sawal ke area pemukiman penduduk sempat dikait-kaitkan dengan berkurangnya makanan di habitat asalnya. Namun demikian, laporan kajian yang diluncurkan oleh Tim Kolaboratif Penyelamatan Macan Tutul Jawa menyebut kemungkinan lain penyebab fenomena ini.
Macan yang ditangkap di Dusun Cikupa tampak cukup sehat dan bukan dalam keadaan kurus kering atau sangat kelaparan. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa ditengarai laju perkembangbiakan macan tutul jawa di hutan Gunung Sawal cukup baik, sehingga dapat mendorong perebutan area kekuasaan secara kompetitif.
Hewan yang kalah atau tersisih, secara alami akan terpaksa menyingkir dan mencari area baru, dan sayangnya dapat secara tidak sengaja terjebak di wilayah pemukiman manusia. Hal ini berkaitan juga dengan luasan hutan Gunung Sawal yang tidak bertambah untuk menampung perkembangbiakan macan tutul, bahkan sebaliknya makin berkurang.
Kontributor: @adi_prayudii
Foto: Ajat Sudrajat
Video: @dadankurkurkur & @ipinamina
Editor: @ciamis.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar