Komunitas Wartu Street menyampaikan klarifikasi terkait tuduhan yang dialamatkan pada mereka, atas terjadinya insiden penyerangan oleh sekelompok pemotor beberapa hari yang lalu di wilayah Ciamis.
Insiden penyerangan tersebut terjadi pada hari Minggu (18/7/2021) dinihari di Jalan Letnan Samuji, Lingkungan Desa Kolot, Kelurahan/Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis.
Dilansir harapanrakyat.com, dalam kejadian tersebut dua orang warga mengalami luka-luka akibat bacokan di bagian kepala dan harus menjalani perawatan medis di RSUD Ciamis. Kejadian penyerangan yang sudah berulang kesekian kalinya ini menimbulkan keresahan warga dan menjadi perhatian cukup luas.
Tak lama setelah kejadian tersebut, muncul sebuah akun instagram bernama @wartu_street_official yang mengatasnamakan Komunitas Wartu Street dan mengunggah postingan-postingan yang mengesankan terlibat dengan penyerangan yang terjadi di kawasan Ciamis. Tak hanya itu, akun tersebut menebarkan narasi tantangan pada komunitas motor di wilayah Banjar dan Ciamis.
Perwakilan komunitas Wartu Street yang dipimpin ketuanya Raditia, didampingi beberapa anggota, mendatangi Polsek Cisaga, Ciamis, hari Rabu (21/7/2021) pukul 13.15 WIB. Kehadiran para anggota komunitas tersebut diterima oleh Bripka Ali Mukti dari pihak Polsek Cisaga. Pertemuan dimaksudkan untuk memberi klarifikasi atas beredarnya postingan di media sosial yang dinilai berbagai pihak telah meresahkan.
Dalam video yang diunggah setelah pertemuan tersebut, Komunitas Wartu Street menyampaikan bahwa akun ig dan fb mereka di-hack oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Mereka juga meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada komunitas dan organisasi masyarakat di seluruh Indonesia, khususnya di wilayah Banjar, Ciamis dan Tasik.
Syauqi Aulida, salah seorang anggota Wartu Street yang mengikuti pertemuan tersebut mengaku, akibat postingan akun palsu di instagram dan facebook, para anggota komunitas tersebut menjadi takut keluar rumah, karena menerima ancaman dari netizen.
“Kami jadi takut keluar rumah, apalagi di daerah Banjar, karena isu salah paham ini,” tuturnya.
Syauqi menyebut, komunitas Wartu Street yang diikutinya berdiri sekitar akhir tahun 2020, berawal di dekat RM Fajar di wilayah Cisaga, dan hanya berkegiatan biasa-biasa saja. Nama Wartu disebutnya berasal dari kata 'Warung Tua'. Ia juga mengungkapkan, pada bulan puasa komunitas tersebut ikut mengadakan kegiatan berbagi takjil sebagaimana komunitas lainnya.
“Kegiatan paling cuma nongkrong aja,” ucapnya, “gak pernah bacok-bacokan kek gitu, lagian ngapain merugikan?”
Selepas menyampaikan pernyataan klarifikasi di hadapan pihak kepolisian, imbuh Syauqi, kini para anggota komunitas Wartu Street diminta untuk berdiam diri dulu di rumah sampai terungkap pelaku penyerangan yang sebenarnya. Penyelidikan terhadap kejadian penyerangan masih terus dilakukan oleh pihak kepolisian.
“Semoga pelaku (penyerangan) yang tidak bertanggung jawab secepatnya dapat diketahui,” pungkasnya.
Sumber: @syauqiaulida
Editor: @ciamis.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar