Fenomena sosial kerap menjadi pemicu lahirnya karya tulis yang mengartikulasikan keresahan dan kegelisahan penulisnya. Penulis-penulis muda Ciamis meluahkan rasa yang terpendam itu dalam rangkaian kata, bagian upaya ‘speak up’ yang kadang terbungkam oleh ketidakberdayaan dan kungkungan ‘kelaziman yang dipaksakan’ yang sudah sedemikian membudaya, dalam definisi yang kerap tak nyaman untuk dibicarakan secara terbuka.
Nadila Sofia Inayati, seorang mahasiswi jurusan Manajeman Haji dan Umroh, mengaku sudah menyukai menulis sajak sejak kecil. Penulis muda dari Mandalawangi, Tanjungsari, Rajadesa, ini mencoba melukiskan keberadaan sosok yang ‘ada tapi kerap dianggap tiada’, dalam karyanya, “Pencuri”, ini.
PENCURI
Banyak pencuri berdasi
seakan perbuatannya tidak berarti
padahal mereka merusak generasi
Semua warga dipaksa untuk memilih
Seakan mereka pantas untuk dipilih
Memberikan janji yang berlebih
Demi meraih banyak simpati
Seakan mereka akan bekerja tanpa pamrih
Berpakaian rapi dan bersih
Seakan mereka bekerja dengan gigih
Pulang dengan wajah yang letih
Padahal mereka sibuk menghitung gaji
Semua warga hanya bisa pasrah tertindih
Meratapi nasib yang perih
Melihat pemimpin yang dipilih
Tidak tahu terima kasih
Memakan uang warga yang memilih
Tanpa ada rasa belas kasih
Berjalan hilir mudik sembari hahah hihih
Ketika pertanggungjawaban ditagih
Semua berdalih
Sampai kapan kita akan seperti ini?
Membiarkan pencuri terus beraksi
Tunduk seakan tidak mengetahui
Seperti tidak memiliki hak asasi
Semoga karya-karya lain semakin banyak tampil di CIAMIS.info ini ke depannya. Jika kamu suka menulis puisi dan fiksi, silakan kirimkan karyamu via email ke tj14m15@gmail.com atau DM via instagram terlebih dulu ke @ciamis.info.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar