Pawai obor yang dilaksanakan untuk menyambut Tahun Baru Islam 1444 Hijriah yang dilaksanakan pada hari Jumat (29/7/2022) malam, maupun Pawai Taaruf pada keesokan harinya, Sabtu (30/7/2022), sudah berlalu. Kemeriahan suasananya tergambar di dalam berbagai pemberitaan dan unggahan warga Tatar Galuh Ciamis. Namun, di balik keriuhan itu ada secuplik catatan mengenai jasa sekelompok orang yang mengambil peran berbeda dengan jasa yang luar biasa.
Kemeriahan kegiatan yang melibatkan banyak peserta atau penonton, kerap menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Ciamis. Beberapa even yang kerap mengundang antusiasme ribuan warga untuk menghadirinya, di antaranya adalah yang diselenggarakan dalam rangka peringatan hari jadi kabupaten, hari besar keagamaan, maupun momen istimewa lainnya.
Kegembiraan dan semangat warga dalam menghadiri even jalan sehat, karnaval hari jadi, atau pawai obor tahun baru Islam, misalnya, dapat dilihat dari liputan media maupun unggahan warga selama atau sesudah pelaksanaannya melalui akun medsos masing-masing.
Namun, kegiatan-kegiatan tersebut sayangnya masih menyisakan persoalan serius yang menjadi cerita klasik dari waktu ke waktu. Pengumpulan warga dalam jumlah besar hampir selalu berujung dengan berserakannya sampah di jalanan atau lokasi kegiatan. Jumlahnya, kadang begitu banyak dan sangat memprihatinkan.
Meskipun upaya kampanye kepedulian terhadap lingkungan terus digaungkan oleh para pemangku kepentingan, dan pihak pemerintah daerah maupun berbagai elemen komunitas yang peduli lingkungan tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa kesadaran sebagian warga untuk menghindarkan diri dari perilaku membuang sampah sembarangan masih saja rendah.
Ironisnya, momen keagamaan sekalipun terkadang dicemari oleh perilaku segelintir orang yang membuang sampah dengan seenaknya, tanpa merasa bersalah. Hal tersebut sejatinya sangat bertentangan dengan nasihat agama mengenai “Kebersihan sebagian dari iman”. Tak mengherankan, seorang seniman Ciamis, Irfan D. Putra, menyampaikan keprihatinannya melihat fenomena yang tampak mencolok di depan mata tersebut.
“Alhamdulillah, saya bahagia sekali melihat warga sangat antusias dalam menyambut Tahun Baru Islam. Hanya saja sedikit masukan untuk warga yang ikut pawai, agar tidak membuang sampah bekas makanan ke jalan raya. Saya melewati Alun-alun Ciamis, dan sedih sekali melihat banyaknya warga yang membuang sampah di tengah jalan. Semoga kita umat Islam bisa membuktikan bahwa Islam itu indah dan cinta kebersihan,” ungkapnya.
Kehadiran puluhan anggota petugas kebersihan yang berada di bawah DPRKLH (Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup) Kabupaten Ciamis, memegang peranan penting dalam mengembalikan kebersihan dan kerapian area fasilitas umum yang digunakan oleh masyarakat pada momen-momen tertentu. Dulu, mereka lebih dikenal sebagai 'Pasukan Ungu', dan berperan penting ikut mengantarkan Kabupaten Ciamis 8 kali meraih Piala Adipura.
Jika suatu kegiatan berlangsung sampai malam hari dan menghadirkan ribuan orang, tetapi pada keesokan pagi harinya masyarakat melihat lokasi penyelenggaran sudah bersih dan rapi kembali, maka hal tersebut tidak lepas dari jasa besar para anggota Pasukan Ungu.
Para pahlawan kebersihan tersebut kadang rela bekerja hingga larut sampai kondisi di lokasi benar-benar sudah kembali bersih, dan semua sampah sudah dikumpulkan untuk dikirim ke tempat pembuangan akhir. Tanpa gembar-gembor pemberitaan, dan lebih sering bekerja di dalam senyap, kehadiran Pasukan Ungu sejatinya amat layak dianugerahi kehormatan dan penghargaan sebagai para pejuang. Mereka berjuang mewujudkan daerah yang punya implementasi keimanan.
Foto: @dinasperumahankabciamis
Narasi: @ciamisnulis
Editor: @ciamis.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar