Keterbatasan kemampuan untuk mengakses pendidikan masih dirasakan secara nyata oleh sebagian anak-anak di tanah air, tak terkecuali di wilayah Tatar Galuh Ciamis. Berbagai hal dapat menjadi penyebabnya, baik minimnya kesadaran orang tua, lemahnya kemampuan ekonomi keluarga, ketiadaan perhatian dan daya dukung lingkungan terdekat, maupun karena belum sampainya perhatian para pihak.
Kondisi ini tentunya memerlukan solusi nyata sebagai jawabannya. Terlebih, nasib Indonesia ke depannya akan sangat bergantung pada pendidikan anak-anak hari ini. Minimnya akses pendidikan dapat berakibat pada rendahnya kualitas SDM di masa yang akan datang.
Sekelompok anak muda di Tatar Galuh mencoba menghadirkan solusi atas permasalahan tersebut. Pengunjung Alun-alun Ciamis pada setiap malam Rabu dan Sabtu, mulai sekira pukul 18.30 WIB, dapat melihat upaya sederhana tetapi nyata yang digelar para anak muda tersebut di lokasi ini.
Inisiatif membuat solusi ini datang dari salah satu elemen organisasi kemahasiswaan di Ciamis, dan dilakukan untuk merespon kesulitan sebagian anak-anak dalam mendapatkan akses pendidikan. Anak-anak tersebut diajak untuk bergembira bersama dalam proses pembelajaran yang ‘tidak biasa’.
Para pengajar pada kegiatan yang diberi nama Sekolah Alternatif ini merupakan anggota PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan KOPRI (Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri) Komisariat Universitas Galuh Ciamis. Keberadaan Sekolah Alternatif telah mendapat tanggapan dan dukungan positif dari pemangku kebijakan. Terbukti dengan hadirnya Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis pada pelaksanaan kegiatan hari Rabu (6/12/2023).
Baca: Kenangan bersama Dr. Asep Saeful Rahmat, Kadidik Suportif yang Tak Segan Datangi Giat Aktivis Mahasiswa Ciamis
Tak kurang dari 21 orang anak menjadi peserta kegiatan ini, dengan pengajar pada setiap pertemuan berjumlah 10 orang. Para pengajar ini merupakan bagian dari sekitar 300-an anggota PMII dan KOPRI Unigal yang dibagi tugas secara bergiliran.
“Sekolah Alternatif adalah gerakan pembebasan. Ruang bagi mereka yang dibenturkan keadaan dan tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan,” tutur Fitri Fadila, salah seorang pegiat yang terlibat.
“Di sini, semua anak akan merasa dirinya berharga dengan potensi yang dimilikinya, di tengah keterbatasan yang ia hadapi,” imbuhnya.
Dijelaskannya, Sekolah Alternatif menyediakan pengajaran atau edukasi pendidikan dasar pada anak-anak, seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar, membaca dan menulis Al-Qur'an, dan banyak lagi lainnya. Semua dilaksanakan dengan membangun suasana riang gembira bagi para peserta, dengan tetap mempertahankan esensi kegiatan.
“Semua berhak, semua sama. Anak adalah sumber daya terbesar dan aset paling potensial yang harus kita rawat bersama. Mari bergerak membangun untuk kemajuan peradaban. Masa depan ada di tangannya, keberhasilan ada pada potensi dan gagasannya,” pungkas Fitri.
Editor: @ciamisnulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar