• FYI

    11 Juli 2024

    Cegah Konflik Satwa Gunung Sawal dengan Warga, Bidang KDSA Wilayah III Jabar Lakukan Penghalauan Macan Tutul di Desa Cikupa


    BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Jawa Barat melalui Bidang KSDA Wilayah III menaruh perhatian serius terhadap kemunculan satwa liar di wilayah Kabupaten Ciamis, dan telah melakukan berbagai langkah sebagai tindak lanjut atau respon atas persoalan tersebut.

    Diketahui, selama beberapa waktu terakhir, terutama sejak bulan Juni 2024, Macan Tutul Jawa (Panthera malus perdas) penghuni Suaka Margasatwa Gunung Sawal kembali turun ke perkampungan dan meresahkan warga RT 05 RW 03 Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis.

    Kehadiran macan tutul ini bukan hanya merugikan karena memangsa hewan ternak atau peliharaan warga, tetapi juga dikhawatirkan dapat mengancam jiwa manusia. Kondisi ini cukup dilematis, karena jika memicu konflik dengan manusia akan dapat berbalik mengancam keselamatan satwa liar tersebut yang dilindungi kelestariannya.

    “Salah satu upaya BBKSDA dalam memitigasi konflik satwa liar dengan masyarakat adalah dengan melakukan penghalauan satwa macan tutul yang turun ke permukiman,” tutur Koordinator Kerjasama dan Humas Bidang KSDA Wilayah III Dede Nurhidayat, S.Hut., kepada CIAMIS.info.

    Diungkapkannya, upaya penghalauan macan tutul sudah dilaksanakan sejak diterimanya laporan pada saat awal kemunculan, dan direncanakan akan terus berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Tak hanya itu, pihak Bidang KSDA Wilayah III juga memasang kamera trap di sekitar pemukiman warga untuk memastikan langsung kemunculan macan tutul, dan diharapkan bisa mengidentifikasi individu satwa tersebut.


    “Pengusiran macan tutul dilaksanakan oleh petugas dari Bidang KSDA Wilayah III, berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, dan Pemerintah Desa Sindangsari, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis,” imbuh Dede.

    Penghalauan atau pengusiran macan tutul tersebut dilaksanakan dengan cara berpatroli atau melakukan perondaan di wilayah yang diketahui sering mendapat kunjungan macan tutul. Patroli dilaksanakan oleh petugas Bidang KSDA Wilayah III, aparat desa, bhabinkamtibmas, babinsa, ketua RT, dan warga setempat.

    Selama melakukan perondaan, digunakan berbagai alat untuk menghasilkan bunyi-bunyian keras, seperti kentongan, meriam bambu karbit (lodong), dan petasan. Upaya penghalauan ini masih tetap dilakukan hingga sekarang.

    Selain melakukan penghalauan, pihak Bidang KSDA Wilayah III juga berupaya untuk melakukan identifikasi atas keberadaan Macan Tutul Jawa yang turun gunung, di antaranya dengan cara mengamati jejak dan kotoran, memasang kamera trap, dan menganalisa video warga yang berhasil merekam kehadiran satwa liar tersebut.

    “Semoga dengan upaya kita bersama ini Macan Tutul Jawa dapat kembali ke habitatnya dan masyarakat dapat kembali beraktivitas seperti biasa,” pungkas Dede.

    Editor: @ciamisnulis

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Sejarah

    Fiksi

    Inspirasi